Sabtu, 01 September 2007

Atasi Lahan Kekeringan dengan Teknologi Embung

Bila kemarau tiba, banyak media cetak memberitakan tentang kekeringan di beberapa wilayah dengan menceritakan gagalnya panen padi dan terhentinya pasokan aliran air. Tetapi sebaliknya bila musim hujan datang, banyak petani yang merasa was-was bila areal persawahannya terendam sehingga panen padi yang diimpikan terpaksa harus dilupakan.

Kelebihan air yang tidak tertampung di musim hujan, menurut Dr. Achmad M. Fagi , Ahli Peneliti Utama Badan Litbang Pertanian harusnya ditampung agar bisa digunakan di musim kemarau melalui pembuatan embung sebagai langkah konservasi air sekaligus menahan laju erosi. Lebih lanjut dikatakan bahwa pembuatan embung merupakan solusi terbaik yang murah dan efisien. Selanjutnya air yang tertampung digunakan untuk keperluan pertanian di musim kemarau. Teknik pemanenan air hujan seperti ini cocok bagi ekosistem tadah hujan dengan intensitas dan distribusi hujan yang tidak pasti.

Di samping itu, bila air sudah tertampung dalam embung, dapat juga dimanfaatkan sebagai tempat pemeliharaan ikan untuk usaha sampingan sebelum air itu digunakan sebagai pengairan. Jenis ikan yang dipelihara terutama ikan-ikan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap kondisi lingkungan perairan yang buruk, sesuai dengan kondisi perairan embung yang tergenang. Ikan mujair biasanya dapat hidup dengan baik dalam kondisi perairan embung semacam ini.

Lebih lanjut Iis Syamsiah, peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Subang menyatakan bahwa pembuatan embung mudah dilaksanakan, namun harus memenuhi beberapa kriteria seperti jenis tanah, kemiringan, tipe curah hujan, ukuran dan luas daerah tangkapan hujan. Penandaan alur air limpasan harus segera diketahui melalui pengamatan pada musim hujan, sehingga arah aliran air tersebut sebagai dasar penentuan letak embung

Tidak ada komentar: